Adanya pandemi virus Corona yang melanda negara Indonesia kurang lebih sudah dua tahun lamanya memang menyebabkan hampir semua sektor terpuruk.
Termasuk juga dalam sektor konstruksi bangunan dimana, proyek pembangunan yang harus berhenti dikarenakan adanya kebijakan dari Pemerintah terkait PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Hal ini berkaitan dengan survei yang telah dilakukan oleh Markplus yang mengatakan bahwa proyek pembangunan residensial mengalami penurunan. Faktor penyebabnya tidak lain akibat adanya pandemi Covid-19 di Indonesia.
Kutipan pernyataan di atas yang diambil dari sumber medcom.id (25/5/21) sebagai berikut:
“80 persen responden setuju bahwa covid-19 memang berdampak pada perlambatan proyek konstruksi,” ujar Senior Business Analyst MarkPlus, Inc. Muhammad Faikal Yusranpada dalam keterangan tertulis, Jumat, 12 Juni 2020.
Daftar ISI
Banyak Proyek Pembangunan Melambat karena Covid 19
Pandemi virus korona (covid-19) juga memukul sektor konstruksi. Akibatnya banyak proyek pembangunan yang harus terhenti karena adanya kebijakan atau imbauan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau (PSBB).
Dalam survei yang dilakukan Markplus menyebut bahwa pembangunan residensial menunjukkan adanya perlambatan pergerakan proyek pembangunan sejak munculnya pandemi covid-19 di Indonesia.
“80 persen responden setuju bahwa covid-19 memang berdampak pada perlambatan proyek konstruksi,” ujar Senior Business Analyst MarkPlus, Inc. Muhammad Faikal Yusranpada dalam keterangan tertulis, Jumat, 12 Juni 2020.
Salah satu faktor yang memperlambat jalannya proyek pembangunan adalah terbatasnya distribusi material akibat kebijakan PSBB tersebut.
Sebuah data mengatakan bahwa dari 36 responden 31 persennya menunda aktivitas pembangunan, sedangkan 69 persen sisanya tetap menjalankan proyek konstruksi.
Berjalannnya proyek konstruksi berdasarkan dengan kebutuhan setiap perusahaan demi menjaga cash flow dan juga menjaga komitmen kepada klien.
Untungnya, hampir sebanyak 92 persen pelaku industri telah menerapkan protokol kesehatan Covid-19 sesuai dengan anjuran Pemerintah kita dalam melakukan tugasnya. Ini berdampak cukup positif sehingga mereka berani mengambil keputusan untuk tidak menunda penyelesaian pembangunan.
Siapkan Prokes Covid 19 Lebih Ketat
Selain menerapkan Prokes Covid-19 tentunya juga tidak mengabaikan K3 atau kesehatan dan keselamatan kerja.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku di industri konstruksi pembangunan apapun. Mereka harus menerapkan sistem dengan prosentase yaitu 89 persen responden melakukan komunikasi secara penuh selama 24 jam dan 81 persen menyatakan butuh fleksibilitas dengan menyediakan alat monitor secara real time.
Permasalahan yang muncul pada para pelaku industri konstruksi bangunan bukan hanya hal-hal di atas saja. Namun, masalah lain yang turut datang dalam dunia konstruksi pembangunan yaitu tuntutan dari klien. Hal ini menyebabkan kemunculan inovasi pada konstruksi pembangunan yakni sistem fast construction atau pembangunan kilat yang mampu diselesaikan dalam waktu kurang lebih selama 14 hari.
Harapan kedepannya sebanyak 78 persen responden menginginkan agar perusahaan konstruksi tetap memegang beberapa komitmen. Mulai dari tetap menjalankan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah, meningkatkan kualitas proyek, dan memanfaatkan teknologi untuk memonitor prosesnya.
Namun sekarang ini pada tahun 2021, diharapkan pasar konstruksi akan kembali pulih secara bertahap pada kuartal ketiga.
Pasalnya, ekonomi yang tengah melambat akibat terdampak oleh pandemi Covid-19 dan permasalahan kesehatan yang harus lebih dahulu didahulukan.
Pernyataan ini disampaikan oleh BCI Asia yang telah menyelenggarakan sebuah acara bernama BCI Breakfast Briefing Webinar 2020 pada Kamis 3 Desember 2020. Acara daring ini pun dihadiri oleh hampir 200 peserta dari berbagai institusi dan perusahaan industri konstruksi dalam dan luar negeri.
Pada acara tersebut dirilis laporan tahunan BCI Indonesia Construction Market Outlook 2021 yang berjudul Preparing for Tomorrow – Indonesia’s 2021 Construction Market Recovery Outlook.
Menurut Pietter Sanjaya selaku General Manager Emerging Market BCI Asia agar industri konstruksi dapat bertahan dalam kondisi yang sulit memang diperlukan arahan yang terpercaya dan juga keputusan yang tepat.
Berikut kutipan pernyataan Pietter Sanjaya selaku General Manager Emerging Market BCI Asia dari sumber m.liputan6.com (25/5/21).
“Meskipun pemulihan pasar konstruksi akan berjalan lambat namun masih ada peluang pada proyek pembangunan gedung yang mulai konstruksi di tahun 2021. Pembangunan gedung diperkirakan tumbuh Rp 197,80 triliun pada tahun 2021 yang didukung oleh pertumbuhan pada sektor Perumahan dan Industri yang akan terus menjadi sektor unggulan dalam pemulihan perekonomian” kata BCI Economics Client Service Manager Prita Ananda, dikutip Minggu (6/12/2020).
Sebuah data menyatakan bahwa pada kelompok residensial konon nilai konstruksinya pada tahun ini akan naik sekitar 48,71% atau mencapai dana Rp 52,46 triliun.
Kemudian kabar baiknya lagi bahwa proyek pembangunan apartemen yang mungkin di tahun sebelumnya sempat tertunda, pada tahun ini akan dimulai kembali dan menjadi prioritas.
Selanjutnya, era baru yang lebih positif dan berdampak baik ditunjukkan dengan peningkatan penjualan di ranah pasar perumahan yang sempat tertunda.
Selain itu, akan ada kemunculan tren proyek pembangunan perumahan baru yang terus berlanjut dan juga adanya peningkatan permintaan oleh kota-kota yang terintegrasi pasca wabah pandemi Covid-19.
Disamping itu, pada tahun 2021 ini akan terjadi peningkatan nilai konstruksi yang mencapai angka Rp 16,76 triliun atau naik 48,13%. Hal ini didukung oleh beberapa sektor seperti pertumbuhan permintaan gudang dari FMCG, e-commerce & retailer online beserta logistik pihak ketiga. Lalu didorong juga oleh pemerintah yang proaktif dalam mempersiapkan berbagai kawasan industri baru untuk menarik banyak investor untuk berinvestasi.
Semoga di tahun 2021ini semua sektor industri konstruksi pembangunan akan berjalan dengan baik dan normal serta pendapatannya meningkat.